Laporan Perjalanan ICAAP 11 – Bangkok Part III

author

Tulisan Oleh : MELLY WINDI LIANTI [email protected]

WAP+ CORE GROUP MEMBER | INDONESIA AIDS COALITION | Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI)

Kedatangan saya pada Kongres AIDS se Asia Pasifik 11 yang di adakan di Bangkok ini merupakan dukungan dari Women Asia Pacific Network (WAP+) sebuah Jaringan Perempuan di Regional dimana saya merupakan salah satu anggota dari Core Group WAP+ karena keterlibatan saya dalam jaringan perempuan di Nasional (IPPI).

Kedatangan saya di Bangkok lebih awal 3 hari dari sebelum pelaksanaan ICAAP di karenakan beberapa agenda yang telah di susun dan harus saya ikuti. Kegiatan pertama saya pada tanggal 13 November 2013 adalah mengikuti Workshop Women 4GF yang di selenggarakan oleh ASAP di Hotel Grand Sukhumvit selama 3 hari. Workshop ini di hadiri oleh peserta dari beberapa Negara di Asia Pasifik diantaranya : Malaysia, Nepal, India, Thailand, Myanmar, Fiji, Bangladesh, dan Indonesia yang di wakili oleh Ari (GWL-INA), Setia Perdana (GWL-INA), Sindi Putri (Indonesia Access Campaign) dan saya sendiri.

Women 4GF Workshop

Workshop selama 2 hari ini diselenggarakan oleh ASAP (AIDS Strategy Advocacy and Policy). Tujuan lokakarya ini adalah membangun kapasitas perempuan dalam hal advokasi, terutama wanita yang hidup dengan HIV, serta mendukung kesetaraan gender sehingga kapasitas perempuan dapat di bangun dan dapat terlibat dalam Global Fund.  Selain itu, lokakarya ini juga bertujuan untuk membangun pemahaman tentang Global Fund proses, khususnya mengenai mekanisme pendanaan model baru (new funding model), dimana salah satu mekanisme nya adalah dengan keterlibatan lebih banyak perempuan untuk berpartisipasi secara efektif dan bermakna di tingkat nasional dan global.  Dalam lokakarya ini saya memiliki pemahaman tentang bagaimana proses pengajuan dana Global Fund oleh negara dan dalam diskusi dengan peserta lain, salah satu rekomendasi yang muncul adalah sangat penting untuk melibatkan perwakilan komunitas menjadi perwakilan CCM maupun dalam proses country dialog.

WAP+ Internal Meeting

Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama seluruh anggota core group WAP+ seteah terpilih beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan ini membahas mengenai strategi yang akan di lakukan oleh WAP+ sebagai Jaringan Perempuan Regional dalam mengangkat isu-isu yang terjadi pada perempuan yang ada di country level. WAP+ juga akan melakukan komunikasi yang lebih intens lagi khususnya dalam melakukan skype meeting mengingat hal ini adalah satu-satu nya cara yang paling efektif di lakukan dan dengan low cost tanpa harus menghadirkan semua anggota dalam sebuah pertemuan khusus. Selain itu di harapkan banyak keterlibatan dan komunikasi aktif dari seluruh anggota WAP+ yang terdiri dari 2 orang perwakilan perempuan dari India, 1 orang perwakilan dari Nepal, dan 1 orang dari Indonesia. WAP+ sendiri memiliki 2 orang board (Susan Paxton dan Frika), dan 1 orang Koordinator (Nukshi Naro). Ke depannya, diharapkan WAP+ dapat menjadi sebuah Jaringan Perempuan di Asia Pasifik yang dapat menarik berbagai isu perempuan yang hidup dengan HIV yang ada di wilayah Asia Pasifik.

Women Networking Zone

Saya mengikuti salah satu session yang di adakan oleh Women Networking Zone di Asia Pasifik Village yang membahas tentang permasalahan perempuan pengguna narkoba suntik yang ada di tiap Negara dari perwakilan perempuan yang hadir dalam sesi tersebut. Sesi ini di fasilitasi oleh Nukshi Naro, koordinator WAP+ serta beberapa perempuan dari Negara lain. Sedangkan dari Indonesia, Dea Fira Mantiri, Sally (PKNI) dan saya sendiri hadir dalam sesi tersebut dan mengangkat beberapa permasalahan yang terjadi pada Perempuan pengguna Napza di Indonesia. Beberapa hal yang kami angkat adalah menegenai akses bagi perempuan pengguna napza yang sering kali mengalami kesulitan ketika ingin mengakses layanan rehabilitasi maupun substitusi khususnya bagi perempuan usia muda.

Selain itu, perempuan pengguna napza yang mengalami permasalahan hukum seringkali mendapatkan pelecehan seksual yang masih saja terjadi sampai saat ini. Untuk itu, penting menanamkan pemahaman bagi perempuan agar mengetahui hak nya meskipun sebagai seorang perempuan pengguna napza. Diskusi dan saling berbagi pengalaman ini dilakukan selama sekitar 1 jam. Dalam sesi ini terdapat beberapa catatan penting terutama mengenai kesulitan perempuan pengguna napza dalam mengakses layanan kesehatan.

Skill Sharing and Intergeneration Dialog on HIV and SRHR Linkages

Saya mewakili WAP+ menghadiri sesi ini untuk berbagi pengalaman mengenai SRHR. Dalam pertemuan yang di fasilitasi oleh ICW. Dalam kegiatan ini, peserta yang hadir saling diskusi dan memberikan masukan tentang bagaimana mengintegrasikan isu SRHR dengan isu HIV, sehingga SRHR tidak lagi menjadi isu tersendiri tapi bisa menjadi sebuah hal yang jika seorang perempuan tidak memiliki pengetahuan tentang SRHR yang baik, dapat berdampak pada kerentanan seorang perempuan untuk tertular HIV.

Migrant Zone di Asia Pacific Village

Perjalanan keliling saya selama di ICAAP menghampiri salah satu booth yang terlihat unik dari booth sekitarnya. Memasuki area migrant zone, saya di sambut dengan seorang perempuan dari Thailand yang langsung menawarkan saya untuk mengikuti salah satu permainan mereka. Dalam permainan tersebut, mereka meminta saya bermain peran seolah-olah saya adalah seorang migrant dan memilih satu dari lima kertas berwarna. Ketika saya mengambil satu kertas dan membuka isinya, ternyata tulisan yang ada di dalam kertas tersebut adalah : saya tidak memiliki dokumen yang lengkap dan saya harus di tahan dalam sebuah sel yang di buat dan di letakkan di dalam booth.

Kemudian saya di ajak berkeliling booth mereka dan mereka memperlihatkan situasi dan permasalahan yang sering di alami oleh kebanyakan buruh migrant. Banyak dari buruh migrant yang mengalami permasalahan dan mengalami kesulitan untuk kembali ke negara asalnya. Mereka memberikan saya beberapa DVD yang berisi tentang film pendek mengenai kesulitan-kesulitan yang banyak di alami oleh migrant sampai bagaimana akhirnya migrant tersebut bisa tetap bertahan hidup.  Booth ini menjadi salah satu booth favorit saya karena ide dan cara mereka untuk menyampaikan pesan sekaligus menciptakan empati pengunjung yang datang ke dalamnya benar-benar berhasil. Setelah selesai mengelilingi booth tersebut, saya sampai kembali di pintu keluar dimana mereka meminta saya untuk mengambil bendera Negara saya berasal dan menempelkan di dalam peta yang telah mereka buat. Ini merupakan sebuah tanda bahwa ada orang ari Negara tersebut yang telah datang ke booth mereka. Dan dari Indoneia, ini merupakan bendera pertama yang di tempelkan.

Demikian kegiatan saya selama mengikuti ICAAP 11 yang dapat saya sampaikan. Semoga saja tulisan ini dapat membuat teman-teman lain semangat untuk menuliskan dan mengirimkan abstrak mengikuti kegiatan-kegiatan besar lainnya. Semoga saja bermanfaat….

Also Read

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.